Minggu, 15 Maret 2015

Stimulus dalam menangani Keterlambatan bicara anak



Keterlambatan  bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang cukup sering dialami oleh sebagian anak. Saat anak mengalami keterlambatan bicara maka tindakan segera harus dilakuakan, semakin cepat mendapat stimulus maka anak semakin mudah ditangani dan mengoptimalisasi kemampuan bicaranya.
Jika anda ingin mengetahui apakah anak anda terlambat bicara atau tidak dalam fungsionalnya dapat lebih jelas di Memahami Bahasa Balita dan pola komunikasi Sesuai TahapPerkembangan Bicara sehingga dapat mengukur perkembangan bicara buah hati anda.
Beberapa penyebab keterlambatan bicara secara fungsional adalah :
- Deprivasi lingkungan bisa disebabkan karena lingkungan sepi, atau minimnya stimulasi kepada anak. Anak jarang diajak bicara karena kesibukan orang tuanya. Biasa terjadi pada keluarga dengan status ekonomi social rendah.
-  Anak dari orang tua dengan Status ekonomi  mapan juga dapat mengalami keterlambatan bicara saa, orang tua  merasa aman saat  anak sudah diletakkan sendiri di dalam box bayi dengan botol susu dan mainan-mainan kesayanganya tanpa stimulasi bicara dari pengasuh atau orang tua. Anak di biarkan asik sendiri dengan mainannnya dalam jangka waktu yang lama. Maka keterlambatan bicara fungsional dapat terjadi.
- Tehnik pengajaran salah, ini terjadi saat bunda atau pengasuh mengikuti cara bicara anak. Misalnya “cucu” untuk “susu” lalu orang dewasa disekitarnya mengikuti “cucu”. Pada akhirnya anak mengikuti terus hingga besar.
- Keterlambatan maturitas (kematangan) dari proses saraf pusat yang dibutuhkan untuk memproduksi kemampuan bicara pada anak. Gangguan ini sering dialami oleh laki-laki dan sering tedapat riwayat keterlambatan bicara pada keluarga. Biasanya hal ini merupakan keterlambatan bicara yang ringan dan prognosisnya baik. Pada umumnya kemampuan bicara akan tampak membaik setelah memasuki usia 2 tahun.  

Stimulus bicara atau bahasa yang dapat dilakukan orang tua
Orangtua dan lingkungan terdekat memegang peranan penting dalam perkembangan bicara dan bahasa seorang anak. Kosakata anak berbanding lurus dengan jumlah kata yang didengarnya pada masa kritikal perkembangan bicaranya. Hal-hal yang dapat dilakukan orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan bicara dan bahasa anak antara lain:
1.       Seringlah berbicara dengan anak.
Banyak hal yang dapat anda ceritakan kepada anak, tak usah berpikir ini penting atau tidak karena pada masa kritikal semua hal adalah penting untuk mereka tau. Bunda dapat bercerita tentang nama-nama benda di sekeliling atau bercerita tentang aktifitas yang sudah, sedang dan akan dilaksanakan. Semua itu menarik bagi anak.

2.       Jadilah role model.
Berbicaralah dengan  benar kepada  anak, sesuai pengucapan yang benar. Saat anak mengatakan “cucu” untuk “susu” maka orang dewasa di sekitarnya dapat mengatakan “mau minum susu” atau “susu”, walau anda tidak perlu mengatakan “salah bukan cucu tapi susu” cukup katakan “susu putih, mmm enak” .

3.       Membaca bersama.
Ini adalah aktifitas yang sangat bermanfaat untuk perkembangan bahasa, merangsang otak anak untuk berpikir logis dan menambah informasi. Ternyata membaca secara rutin setiap hari 15 menit sejak usia 3 tahun maka diusia 7 tahun anak akan dapat membaca dengan sendirinya, tanpa harus metode belajar calistung secara khusus. Membaca bersama dapat dilakukan sebelum tidur untuk membangun bounding orangtua dengan anak dan memnciptakan suasana nyaman bagi anak menjelang tidur.

4.       Mendongeng
Aktifitas yang paling dicintai anak-anak setelah bermain . Taukah bunda, bahwa cerita apapun yang bunda katakana pasti akan didenarkan dengan serius oleh anak-anak kita. Maka mulailah mendongeng saat ini. Jika bunda masih bingung untuk mulai mendongeng maka 6 Langkah Mudah Mendongeng Bagi Pemula sebagai panduan untuk bunda yang belajar mendongeng.

5.       Bernyanyi bersama
Anak-anak suka sekali senandung dan bernyanyi. Syair didalam lagulah yang menjadi media berbahasa anak atau menambah kosakata anak. Bernyanyilah sesuai usia anak-anak agar lebih dimengerti dan memiliki nilai manfaat. Bernyanyi dengan anak tidak memerlukan suara yang merdu hanya diperlukan wajah ceria dan anak-anak sipa mendengarkan nyanyian bunda. Selamat bernyanyi..!

Dengan stimulus-stimulus  tersebut diharapkan anak dapat mengalami perkembangan bicara dan bahasa yang optimal untuk meningkatkan kualitas komunikasinya. Karena bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda. Ketika seseorang anak mengenal bahasa maka dia akan mudah mengekspresikan keinginan, penolakan atau berbagi pengalamannya.
Diatas adalah stimulus untuk kelambatan bicara fungsional. Keterlambatan bicara non  fungsional adalah adanya gangguan bahasa reseptif, gangguan kemampuan pemecahan masalah visuo-motor dan keterlambatan perkembangan.Keterlambatan bicara yang harus dikawatirkan atau yang berbahaya adalah keterlambatan bicara yang disebakan karena beberapa gangguan seperti Autism, gangguan pendengaran, gangguan kecerdasan (retardasi mental) atau gangguan persarafan atau gangguan neurolois lainnya. Dicurigai keterlambatan bicara nonfungsional bila disertai kelainan neurologis bawaan atau didapat seperti wajah dismorfik, perawakan pendek, mikrosefali, makrosefali, tumor otak, kelumpuhan umum, infeksi otak, gangguan anatomis telinga, gangguan mata, cerebral palsi dan gangguan neurologis lainnya. Ciri lain keterlambatan bicara nonfungsional biasanya termasuk keterlambatan yang berat. Keterlambatan dikatakan berat, bila bayi tidak mau tersenyum sosial sampai 10 minggu atau tidak mengeluarkan suara sebagai jawaban pada usia 3 bulan. Tanda lainnya tidak ada perhatian terhadap sekitar sampai usia 8 bulan, tidak bicara sampai usia 15 bulan atau tidak mengucapkan 3-4 kata sampai usia 20 bulan. Karakteristik keterlambatan yang harus dikawatirkan adalah bila disertai gangguan kontak mata (mata anak tidak bisa menatap mata orang tua), tidak bisa mengerti perintah, dan terdapat gangguan pendengaran.
Pada keterlambatan bicara nonfungsional harus dilakukan stimulasi dan intervensi sejak dini secara khusus oleh tenaga profesional sesuai penyebabnya. Semakin dini upaya tersebut dilakukan akan meningkatkan keberhasilan penanganan keterlambatan bicara tersebut. Gangguan keterlambatan nonfungsional perlu dilakukan pendekatan secara multi disiplin ilmu. Penanganan keterlambatan bicara dilakukan pendekatan medis sesuai dengan penyebab kelainan tersebut. Multi disiplin ilmu yang terlibat adalah dokter ahli anak dengan minat tumbuh kembang anak, neurologi anak, gastroenterologi anak, alergi anak, psikolog atau psikiater anak, ahli THT, rehabilitasi medik, serta klinisi atau praktisi lainnya yang berkaitan.

Stimulus bicara atau bahasa jangan menunggu terjadi keterlambatan bicara tetapi sebaiknya dilakukan sejak bayi bahkan dapat dilakukan semasa dikandungan. Otak bayi adalan neuron-neoron yang aktif dan dapat berfungsi dengan menyambungkan neuron-neoron tersebut. Fugsi dari stimulus yang dilakukan orang tua adalah menyambungkan neuron-neoron tersebut sehingga dapat berfungsi dan terkoordinasi. Fungsi inilah yang dioptimalkan terutama masa golden age anak yaitu masa balita. Semoga tulisa ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan keterampilan kita tentang tumbuh  kembang anak.

Disarikan dari tulisan  Amanda Soebadi (Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI – RSCM)
Dan dr Widodo Judarwanto SpA, dokter spesialis anak dari RS Bunda Jakarta, Klinik Kesulitan Makan, Jl. Rawasari Selatan 50, Cempaka Putih, Jakarta Pusat)




 

Tidak ada komentar: